SUMENEP, (JARAK.co) – Masyarakat Madura memiliki tradisi unik bernama Toron, yaitu kebiasaan pulang kampung secara massal menjelang bulan Ramadan atau setelah panen tembakau.
Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dan menjadi momen penting untuk bersilaturahmi serta menghormati leluhur.
Toron berasal dari kata dalam bahasa Madura yang berarti “turun.” Tradisi ini mencerminkan eratnya hubungan perantau Madura dengan kampung halaman.
Biasanya, masyarakat Madura merantau ke berbagai daerah di Indonesia, terutama ke kota-kota besar seperti Surabaya, Jakarta, dan Kalimantan.
Saat musim Toron tiba, mereka berbondong-bondong pulang menggunakan berbagai moda transportasi, mulai dari bus, kapal laut, hingga kendaraan pribadi.
Bagi masyarakat Madura, pulang kampung bukan hanya sekadar melepas rindu dengan keluarga, tetapi juga bagian dari kewajiban sosial dan budaya.
Mereka datang untuk berziarah ke makam leluhur, mempererat hubungan keluarga, serta mengikuti berbagai ritual adat. Selain itu, momen ini juga sering dimanfaatkan untuk menggelar acara keluarga, seperti pernikahan atau selamatan.
Namun, tradisi Toron juga membawa tantangan tersendiri, terutama dalam hal lonjakan arus mudik dan kemacetan. Pemerintah daerah serta pihak kepolisian biasanya bersiap mengantisipasi kepadatan lalu lintas dan memastikan perjalanan para pemudik berjalan lancar.
Meski zaman terus berkembang, tradisi Toron tetap bertahan sebagai bagian dari identitas budaya masyarakat Madura. Bagi mereka, tidak ada yang lebih berharga daripada berkumpul bersama keluarga di kampung halaman, meskipun harus menempuh perjalanan jauh.***